Let's make this life Easy, as well as you can
Mengulas berbagai cerita kehidupan mulai dari tradisi hingga teknologi, tips, solusi, informasi, internet, pekerjaan, hiburan, Kesehatan, mitos, fakta, klenik, unik bahkan mistik yang diulas berdasarkan pengalaman serta dari berbagai referensi, semoga bermanfaat
Berjalan tiga tahun saya tinggal di sebuah pedesaan yang masih kental nuansa gotong royong antar warganya, Hampir seluruh populasi warga merupakan kelas menengah kebawah dengan berbagai profesi seperti petani, ojek, pedagang, pekerja rumahan serta karyawan. Sambut ramah warga disini sungguh membuat saya merasa nyaman dan betah.

Pemandangan mulai terganggu

Namun belakangan ini suasana tentram di kampung ini mulai terganggu dengan sering wara-wirinya para kreditur dan penagih hutang dimana secara otomatis beberapa wargapun mulai bersembunyi dan berpura-pura sakit ketika melihat kedatangan mereka.

Fenomena Pinjaman Uang InstantMereka (kreditur / penagih utang) dengan setelan yang sudah bisa ditebak dengan membawa dompet kecil bertumpuk kertas / kupon penagihan hampir tiap hari terlihat mengetuk beberapa rumah di pagi hari, tak jarang dari mereka hanya duduk-duduk di teras rumah warga ketika pemilik utang malah bersembunyi.

Entah siapa yang salah dalam hal ini, namun kemudahan kreditur memberi pinjaman menjadikan warga merasa kecanduan untuk lagi dan lagi meminjam uang, bahkan ketika utang tersebut hampir lunas selalu mendapat kemudahan dari kreditur untuk memperbarui pinjaman mereka... jelas saja utang itu tak pernah lunas dibayar.

Makin menyengsarakan

Banyak dari warga yang malah tersinggung dan marah-marah ketika saya mengatakan tidak setuju jika meminjam uang terhadap bank keliling, ya begitulah mereka menyebutnya, namun bagi saya mereka hanyalah rentenir yang sedang mengais rejeki diatas kesengsaraan warga yang sedang membutuhkan uang.

Warga berpendapat, hanya bank kelilinglah solusi satu-satunya untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang dialami warga. What??? memangnya berapa besar pinjaman yang diberikan sehingga mereka beranggapan seperti itu? 10, 20 atau 30 juta kah? sehingga memungkinkan untuk dijadikan modal usaha?

Ternyata tidak, beberapa warga yang terbelit masalah utang seperti itu menyatakan bahwa pinjaman terbesar hanya 200 ribu bagi pemula dan maksimal 400ribu bagi yang lancar dalam pembayaran. Bahkan tidak sedikit yang meminjam 50 dan 100 ribu rupiah.

Mungkin untuk warga miskin jumlah uang diatas terbilang besar, namun yang membuat saya prihatin adalah hal itu jarang terselesaikan, lebih parah lagi beberapa warga malah lebih memilih pindah rumah dengan niat menghindari kewajiban hanya gara-gara memiliki utang tak lebih dari 500 ribu rupiah.

Saya bertanya pada seorang warga yang memiliki utang pinjaman ke bank keliling tersebut, dia mengatakan bahwa pinjamannya cuma 200ribu rupiah, namun pinjaman 200ribu tersebut hanya cair sebesar 170ribu dengan alasan ada potongan biaya administarsi. Kemudian utang tersebut di angsur selama 40 hari dengan nominal Rp6 ribu/hari. Jadi secara keseluruhan total kewajiban yang harus dibayar adalah sebesar Rp. 240 ribu, sementara dia hanya mendapat uang Rp. 170ribu. Jadi selama 40 hari kurang lebih bunga pinjaman tersebut adalah 40%.

Saya kembali bertanya, uang pinjaman yang sebesar 170ribu itu digunakan untuk apa dan habis dalam berapa hari? diapun menjawab "Ya cuma cukup untuk keperluan rumah tangga selama 2-3 hari, selanjutnya kami terus kekurangan makan karena uang yang didapat harus dibayarkan ke bank keliling."

Merenggangkan tali silaturahmi

Sebagian warga yang terdesak untuk memenuhi kewajiban membayar utang yang ditagih secara harian mencari bantuan ke saudara dan tetangga, biasanya mereka berupaya untuk mendapatkan uang 5-20 ribu rupiah dengan alasan untuk membeli beras dan alasan lainnya.

Dengan berdalih akan dikembalikan sore hari, esok atau beberapa hari kemudian, warga tersebut malah tak kunjung ketemu batang hidungnya, jika pun terlihat, dia sudah membelokan arah dari kejauhan, jelas saja hal ini membuat tali silaturahmi malah merenggang.

Cara mengatasi lilitan hutang di rentenir.

Tak ada cara lain selain niat yang teguh untuk terbebas dari lilitan hutang yang tidak seberapa itu, bayar..bayar dan bayar lalu jangan tergiur jika mendapat tawaran untuk mendapat pinjaman yang lebih besar. Stop!.

Meminta bantuan saudara merupakan cara lain agar terbebas dari lilitan utang rentenir, namun tentu saja hal ini harus bersungguh-sungguh dan jangan cuma untuk membayar 1 atau 2 angsuran, MINTA BANTUAN UNTUK MELUNASI, tapi jangan sampai setelah mendapat pinjaman dari saudara malah tidak dibayarkan ke rentenir.

Jangan pernah mengatakan bahwa meminjam uang ke rentenir merupakan solusi mengatasi permasalahan ekonomi.

Mengatasi permasalahan ekonomi?

Saya cukup prihatin dengan fenomena Pinjaman Uang Instant dari Bank Kelilig yang berkedok koperasi ini. Mereka (pemilik utang) mengatakan kesulitan mendapatkan dana segar dan hanya bank kelilinglah solusi satu-satunya. Namun anehnya, mereka bisa membayar pinjaman tersebut secara harian dan mingguan meski didapatkan dengan bersusah payah.

Benarkah pinjaman-pinjaman tersebut dapat mengatasi permasalahan ekonomi? lebih jauh lagi bisakah mensejahterakan para peminjamnya? TIDAK! Jika mereka bisa membayar utang-utang itu, lantas kenapa mereka mengatakan sulit mendapat penghasilan?

Saya sangat tidak setuju ketika ada yang mengatakan "Kalo punya utang usaha makin rajin, kalo ga punya utang kita malah merasa malas". Itu bukan makin rajin, tapi terpaksa rajin, harusnya tetap rajin berusaha meski gak punya utang.

Labels: , , , , ,



| Cari Fenomena Pinjaman Uang Instant di : AOL | Ask | Bing | DuckDuckGo | Microsoft | Google | ixquick | Yahoo | Yandex | Yippy | MySearch